Gemerincing uang nyaring terdengar mengiringi praktik lancung pengaturan pertandingan - LigaIbc

LigaIbc adalah situs agen judi pasaran bola terbaik

Breaking

Home Top Ad


Post Top Ad

Jumat, 30 November 2018

Gemerincing uang nyaring terdengar mengiringi praktik lancung pengaturan pertandingan

Gemerincing Rupiah di Balik Praktik Match Fixing
Ilustrasi Match Fixing © WWW.LIGAIBC365.COM
LIGA IBC - Gemerincing uang nyaring terdengar mengiringi praktik lancung pengaturan pertandingan. Para bandar pengatur pertandingan mendapat untung ratusan juta dalam tiap pertandingan. Sementara, ratusan juta rupiah pula mengalir ke kocek para operator lapangan,termasuk ofisial pertandingan dan manajemen tim.
Salah seorang perantara yang menjadi penghubung antara bandar dan 'operator lapangan' (pemain, offisial, pelatih, maupun perangkat pertandingan, Bambang Suryo, mengaku bahwa dalam tiap pertandingan,seorang bandar bisa mendapat uang sekitar Rp 800 juta sampai Rp 1 miliar. Sementara, menurut pria yang tugasnya biasa disebut sebagai runner ini,biaya operasional berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 300 juta.
"Dari situ bisa dihitung sendiri berapa untung bandar," ujar Bambang Suryo, pada Bola.net, Jumat (29/11).
"Ini baru satu pertandingan. Tinggal dikalikan saja berapa pertandingan yang dimainkan," sambungnya. Sayangnya, ia mengaku tak tahu berapa total pertandingan yang 'dikondisikan' dalam semusim kompetisi.
Pria yang karib disapa BS ini menyebut, biaya operasional digunakan untuk mengkondisikan operator di lapangan. Sementara, untuk mendapat fasilitas tertentu dari wasit, misal penalti, ada biaya lain.
"Ya itu fasilitas lain. Sekitar Rp 20 juta-an jumlahnya," tuturnya.
Selain itu, bandar juga harus membayar para runner. Menurut BS, ketika masih aktif mengatur pertandingan, ia meminta bayaran senilai Rp 50 juta tiap laga.
"Saya tidak mau diikutkan dalam biaya operasional. Dapat apa nanti kalau masuk ke sana?" ucapnya.
BS menyebut bahwa saat ini nilai biaya operasional untuk pengkondisian operator lapangan turun jauh dari zamannya. Pria berkepala plontos tersebut mengaku kala ia masih mengatur pertandingan, biaya operasional berkisar antara Rp 350 juta - Rp 500 juta.
Pernyataan dari BS ini senada dengan data yang didapat Bola.net, beberapa waktu lalu. Dalam data tersebut, rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan senilai Rp 350 juta.
Laga Divisi Utama 2013, yang dihelat pada 14 Maret 2013, misalnya. Pada pertandingan yang mempertemukan dua tim asal Jawa Tengah ini, bandar Nanda asal Malaysia melalui runner mengeluarkan uang Rp 350 juta yang diberikan pada asisten manajer salah satu tim, agar tim lawan bisa menang dengan skor tertentu.
Pada laga Divisi Utama 2013 antara dua tim asal Jawa Tengah, sepuluh hari sebelumnya, bandar Michael asal Malaysia mengeluarkan dana operasional senilai Rp 400 juta untuk mengkondisikan salah satu tim. Uang ini diberikan pada manajemen tim.
Besarnya jumlah fulus yang bermain dalam praktik lancung ini memang memikat. Terlebih lagi banyak klub yang tak benar-benar sehat secara finansial kala mengikuti kompetisi.
Sebagai contoh, salah satu klub asal Jawa Tengah yang menerima uang Rp 400 juta dari bandar dalam tiap pertandingan mereka. Klub ini berada dalam krisis finansial parah. Saking parahnya, mereka harus menunggak gaji pemain dan pelatih selama empat bulan.
Krisis finansial ini memang merupakan salah satu jalan masuk bandar pengatur pertandingan. Tengara ini merupakan hasil penelitian Save Our Soccer (SOS), lembaga yang peduli pada pembenahan tata kelola sepak bola Indonesia.
"Krisis keuangan membuka jalan masuknya bandar-bandar judi untuk mengatur skor. Praktik macam ini juga pernah terjadi di kompetisi negara lain," ujar Koordinator SOS, Akmal Marhali, pada Bola.net.
"Karenanya, klub yang tak punya kesehatan finansial, berdasarkan regulasi lisensi klub profesional AFC, harusnya nggak lolos verifikasi dan tidak berhak tampil di kompetisi profesional," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad



Pages